Jumat, 24 Juli 2015

Terima Kasih, Teman-teman!

Teman teman, terima kasih...
Kepada mereka yang menjadi kakak kelasku,
Terima kasih telah menjadi kakak kelas yang menginspirasi
Memang, memang tak harus melulu dibuktikan dengan sikap menyenangkan padaku; dekat; menyapa jika bertemu; membelaku; mendukungku; tidak pernah menyakitiku; dan sejenis itu...
Tapi atas semua sikap, termasuk yang tidak menyenangkan, walaupun aku tidak mengenalmu begitu dalam, atau kau yang selalu ambil peran paling perhatian atas tindakanku -mengomentari you can say-, atau kau yang selalu mencibir, atau bahkan tak menyukaiku, mengatakan banyak hal tentangku, membanding-bandingkanku ...
Tidak apa-apa, terima kasih, telah membagi perhatianmu. Tapi biarkan aku hidup bersama duniaku. Biarkan aku berkarya dengan duniaku. Lepaskan aku dari komentar yang mungkin, mengikatku. Inilah aku. Biarkan aku belajar banyak dari sudut pandang yang berbeda denganmu.
Atau dari mereka yang bersikap menyenangkan padaku. Terima kasih banyak. Terima kasih untuk selalu mendukung. Mengerti. Memahami. Atau bahkan kau mungkin tidak mengenalku, tetapi akulah yang sepertinya dekat dengan kehidupanmu. Terima kasih telah menjadi teladan. Terima kasih telah menjadi inspirasi banyak sikap. Terima kasih telah menyindir sikapku yang terkadang kurang pantas dengan amat halus dan bijaksana. Tindakan nyata. Inspirasi banyak orang, bagi mereka yang mau memahami, bukan? Sungguh, sungguh terima kasih.
Teman teman, terima kasih...
Kepada mereka yang menjadi adik kelasku,
Terima kasih telah menjadi adik kelas yang mengajariku banyak
Dari hal kecil, menyentil aku untuk terus bersikap sebagaimana mestinya ketika aku sedang khilaf. Mengingatkan ketika aku tak peka, tak peduli, meski sebenarnya aku sadar aku sedang salah. Terima kasih telah mendidik aku untuk lebih dewasa. Dari kalian aku belajar tentang penerimaan dalam hidup. Tentang bagaimana menjadi uhm, kakak. Terima kasih atas partisipasi dalam banyak hal. Tanpa kalian mungkin, tak ada warna yang ramai dalam coretan jejak perjalanan kami.
Terkadang, maaf, ketika aku tidak bisa menjadi kakak yang kalian harapkan. Tidak menjadi seseorang yang kalian inginkan. Tapi bisakah, bisakah sebelum memintaku, pahami aku terlebih dahulu. Bukankah pawang singa juga harus mengerti singanya terlebih dahulu untuk ‘menjadi sahabat’? Semoga apa yang dulu tidak kau pernah harapkan padaku tidak pula terjadi padamu, begitu pula sebaliknya. Belajarlah banyak dari semua peristiwa yang kau jumpai, yang kau dengar, yang kau peroleh. Belajarlah banyak dari banyak hal.
Dan teman temanku; terima kasih teramat sangat, teramat spesial, teramat tulus
Kepada mereka yang begitu dekat dengan kehidupanku
Kalian begitu berarti. Berwarna. Warna cerah. Warna gelap. Yang terkadang berubah-ubah.
Terima kasih. Sungguh terima kasih pada semua cerita.
Dari mereka yang mewarnai cerah, terima kasih. Kalian sungguh teman teman yang hebat. Terima kasih untuk telah menerimaku. Aku yang mengesalkan, membuat sebal, merepotkan. Aku yang membuatmu harus mengalah begitu banyak. Tapi kau membuat semua begitu menyenangkan. Menganggap itu lalu. Memberiku tempat untuk bersatu. Lalu kita, sama-sama, lewati hari.
Aisyah 1, kalian tak terlupakan!
Dari mereka yang tidak sejalan denganku, terimakasih banyak. Aku belajar menjadi dinamis. Belajar untuk memahami. Menjadi teman yang baik, yang mengerti. Aku belajar tentang keterikatan dalam perbedaan. Aku belajar kedewasaan dan jalan hidup. Sedikit banyak merangkai kesimpulan. Meski tak jarang perbedaan menimbulkan perselisihan. Tapi tak apa, kerikil kecil bisa mudah tersingkirkan, bukan?
Dari kalian semua, aku merasa arti kekeluargaan, yang bahkan begitu jauh dari garis darah. Saat kita sama-sama tertawa untuk hal paling konyol yang pernah kita buat. Saat kita sama-sama menerima konsekuensi dari hal paling bodoh yang pernah kita buat pula. Saat kita nanti, sama-sama harus berjuang untuk hal paling bersejarah yang akan kita buat jua. Semua itu, sungguh. Kenangan yang amat bernilai harganya.
Istisy’a Qubbatuzzarqo, terimakasih!
Kalianlah senyata-nyata kebahagiaan!
Dan bagi mereka, yang pernah singgah, membuat sejarah perjalananku. Membuat ramai hari hariku yang sudah jauh berlalu. Terima kasih banyak jua.
Aku tidak lupa!
.
Mungkin, coretan ini tak cukup mewakili. Kukemas singkat, sepenuh hati.
Kebumen, 24/07/2015; 08:44





Tata Qonita

2 komentar: