Teman teman, terima kasih...
Kepada mereka yang menjadi kakak
kelasku,
Terima kasih telah menjadi kakak
kelas yang menginspirasi
Memang, memang tak harus melulu
dibuktikan dengan sikap menyenangkan padaku; dekat; menyapa jika bertemu; membelaku;
mendukungku; tidak pernah menyakitiku; dan sejenis itu...
Tapi atas semua sikap, termasuk
yang tidak menyenangkan, walaupun aku tidak mengenalmu begitu dalam, atau kau
yang selalu ambil peran paling perhatian atas tindakanku -mengomentari you can
say-, atau kau yang selalu mencibir, atau bahkan tak menyukaiku, mengatakan
banyak hal tentangku, membanding-bandingkanku ...
Tidak apa-apa, terima kasih,
telah membagi perhatianmu. Tapi biarkan aku hidup bersama duniaku. Biarkan aku
berkarya dengan duniaku. Lepaskan aku dari komentar yang mungkin, mengikatku. Inilah
aku. Biarkan aku belajar banyak dari sudut pandang yang berbeda denganmu.
Atau dari mereka yang bersikap
menyenangkan padaku. Terima kasih banyak. Terima kasih untuk selalu mendukung. Mengerti.
Memahami. Atau bahkan kau mungkin tidak mengenalku, tetapi akulah yang sepertinya
dekat dengan kehidupanmu. Terima kasih telah menjadi teladan. Terima kasih telah
menjadi inspirasi banyak sikap. Terima kasih telah menyindir sikapku yang
terkadang kurang pantas dengan amat halus dan bijaksana. Tindakan nyata. Inspirasi
banyak orang, bagi mereka yang mau memahami, bukan? Sungguh, sungguh terima
kasih.
Teman teman, terima kasih...
Kepada mereka yang menjadi adik
kelasku,
Terima kasih telah menjadi adik
kelas yang mengajariku banyak
Dari hal kecil, menyentil aku
untuk terus bersikap sebagaimana mestinya ketika aku sedang khilaf. Mengingatkan
ketika aku tak peka, tak peduli, meski sebenarnya aku sadar aku sedang salah. Terima
kasih telah mendidik aku untuk lebih dewasa. Dari kalian aku belajar tentang
penerimaan dalam hidup. Tentang bagaimana menjadi uhm, kakak. Terima kasih atas partisipasi dalam banyak hal. Tanpa kalian
mungkin, tak ada warna yang ramai dalam coretan jejak perjalanan kami.
Terkadang, maaf, ketika aku tidak
bisa menjadi kakak yang kalian
harapkan. Tidak menjadi seseorang yang kalian inginkan. Tapi bisakah, bisakah sebelum
memintaku, pahami aku terlebih dahulu. Bukankah pawang singa juga harus
mengerti singanya terlebih dahulu untuk ‘menjadi sahabat’? Semoga apa yang dulu
tidak kau pernah harapkan padaku tidak pula terjadi padamu, begitu pula
sebaliknya. Belajarlah banyak dari semua peristiwa yang kau jumpai, yang kau
dengar, yang kau peroleh. Belajarlah banyak dari banyak hal.
Dan teman temanku; terima kasih
teramat sangat, teramat spesial, teramat tulus
Kepada mereka yang begitu dekat
dengan kehidupanku
Kalian begitu berarti. Berwarna. Warna
cerah. Warna gelap. Yang terkadang berubah-ubah.
Terima kasih. Sungguh terima
kasih pada semua cerita.
Dari mereka yang mewarnai cerah,
terima kasih. Kalian sungguh teman teman yang hebat. Terima kasih untuk telah
menerimaku. Aku yang mengesalkan, membuat sebal, merepotkan. Aku yang membuatmu
harus mengalah begitu banyak. Tapi kau membuat semua begitu menyenangkan. Menganggap
itu lalu. Memberiku tempat untuk bersatu. Lalu kita, sama-sama, lewati hari.
Aisyah 1, kalian tak terlupakan!
Dari mereka yang tidak sejalan
denganku, terimakasih banyak. Aku belajar menjadi dinamis. Belajar untuk
memahami. Menjadi teman yang baik, yang mengerti. Aku belajar tentang
keterikatan dalam perbedaan. Aku belajar kedewasaan dan jalan hidup. Sedikit banyak
merangkai kesimpulan. Meski tak jarang perbedaan menimbulkan perselisihan. Tapi
tak apa, kerikil kecil bisa mudah tersingkirkan, bukan?
Dari kalian semua, aku merasa
arti kekeluargaan, yang bahkan begitu jauh dari garis darah. Saat kita
sama-sama tertawa untuk hal paling konyol yang pernah kita buat. Saat kita
sama-sama menerima konsekuensi dari hal paling bodoh yang pernah kita buat pula.
Saat kita nanti, sama-sama harus berjuang untuk hal paling bersejarah yang akan
kita buat jua. Semua itu, sungguh. Kenangan yang amat bernilai harganya.
Istisy’a Qubbatuzzarqo,
terimakasih!
Kalianlah senyata-nyata
kebahagiaan!
Dan bagi mereka, yang pernah
singgah, membuat sejarah perjalananku. Membuat ramai hari hariku yang sudah
jauh berlalu. Terima kasih banyak jua.
Aku tidak lupa!
.
Mungkin, coretan ini tak cukup
mewakili. Kukemas singkat, sepenuh hati.
Kebumen, 24/07/2015; 08:44
Tata Qonita
Azekk dahh kata" nyaa:'))
BalasHapusApadah .-. Kerenan tere liye masih ;))
Hapus